top of page

Content Writing Challenges: How to Overcome Them Like A Pro

Menjalankan profesi apa pun pasti adaaaa saja tantangannya… sesuka apapun kita dengan pekerjaan yang kita lakukan. Setuju nggak?







Dulu, sewaktu masih bekerja full-time sebagai penulis feature di majalah perempuan, tantangannya adalah mendapatkan narasumber yang sesuai untuk artikel-artikel yang sedang aku tulis. Mewawancarai public figure pun juga gampang-gampang susah, terutama ketika situasi dan kondisi tidak mendukung. Pernah suatu hari aku membuat janji wawancara dengan salah satu aktris papan atas. Saat tiba di rumahnya, aku disambut oleh asisten rumah tangganya yang mempersilakan aku untuk duduk di ruang tamunya dan menunggu. Lima menit. Dua puluh menit. Empat puluh menit berlalu. Sang aktris yang tak juga muncul. Aku mulai gelisah karena hari sudah mulai beranjak sore. Aku khawatir jika semakin malam, wawancaranya akan mengganggu waktu istirahatnya. Bagaimana kalau nanti dia tidak konsen menjawab pertanyaan-pertanyaanku ya? Atau jangan-jangan nanti dia sudah bad mood dan menjawab pertanyaanku sekenanya saja.


Hampir satu jam kemudian, sang aktris muncul. Aku disambut dengan hangat, meski memang raut mukanya terlihat sedikit lelah. Baru saja pulang syuting, katanya. Pertanyaan-pertanyaan ringan pembuka percakapan pun terlontar dan obrolan yang sesungguhnya mulai bergulir. Aku “membuka” sedikit demi sedikit pertanyaan yang sudah kusiapkan dalam buku catatanku, yang sudah kuhapalkan di luar kepala saat sedang menunggunya.


Percakapan berjalan datar saja—tidak buruk, tapi aku yakin penulis mana pun pasti akan harap-harap cemas untuk pulang ketika belum menemukan sisi lain yang tak pernah ditunjukkan oleh seorang public figure. Kupikir, ini tantangannya. Entah nanti bagaimana aku harus memutar otak menjahit cerita dari bahan yang kudapat, atau aku bisa menanyakan sebuah pertanyaan terakhir yang bisa membuatnya bercerita lebih banyak dengan nyaman. Siapa sangka pertanyaanku mengenai zodiac sang anak membuatnya jadi lebih terbuka? Ia lalu menceritakan hubungan ibu-anak dan pola asuh yang ia terapkan melalui kesesuaian zodiac masing-masing dengan mata berbinar-binar.


Banyak orang yang menganggap untuk menjadi seorang content writer, kamu harus kreatif setiap saat. Jujur saja, walaupun menurut Yumir Lubis (CEO SPARTA) dalam Inspirational Sharing Session di YOUVIT, “everyone is born creative”, aku nggak merasa selalu bisa kreatif. Kadang-kadang nggak kreatif ini bisa bermacam-macam penyebabnya. Tapi tenang… ada solusinya juga kok!


1. Writer’s Block

Semua penulis pernah mengalami kebuntuan/kesulitan untuk mengekspresikan pemikiran ke dalam tulisan atau ide-ide baru yang kreatif dalam penulisan.


Bisa jadi karena kamu sedang mengalami burnout, kurang percaya diri, atau berbagai isu personal lainnya.


Solusi:

Break dulu—jalan kaki/olahraga, tidur, melakukan hal-hal yang tidak berkaitan dengan menulis.


2. Lack of Experience with the Topic Kurangnya pengalaman dalam menulis sebuah topik membuat tulisan jadi berkurang kedalamannya dan tentu saja jadi kurang informatif. Itu sebabnya kenapa banyak penulis punya keahlian/bidang tertentu yang sangat ia kuasai, walaupun tidak menutup kemungkinan juga untuk eksplor topik-topik baru. Solusi: Cari niche/fokus kamu. Being versatile is good but being a specialist is always better!


3. Meeting the deadline Memenuhi tenggat waktu ini sepertinya daily struggle hampir semua penulis. Terkadang kita mungkin mengerjakan lebih dari satu project dalam waktu yang bersamaan atau harus menyelesaikan sebuah project di mana timelinenya mepet dan ketika mengerjakannya kita harus melakukan riset, pitch berbagai ide dan alternatif, dll. Tapi tentunya deadline harus tetap dipenuhi. Solusi: Siapkan timetable dan buat schedule untuk setiap pekerjaan yang harus dikirimkan. Pasang timer untuk memperkirakan berapa waktu yang kamu perlukan untuk riset dan juga menulis sebuah artikel.


4. Not knowing your audience Terkadang content writer hanya berperan sebagai penulis dengan idealisme yang dimiliki dan lupa kalau sebenarnya kita juga harus berpikir dan memiliki perspektif sebagai seorang marketer. Solusi: Pertanyaan pertama yang harus bisa kamu jawab sebelum menulis: Who is your audience? Biasanya bisa muncul dalam bentuk berbagai persona untuk memudahkan kamu membayangkan siapa saja, dari mana mereka, apa kesukaan mereka, bagaimana kesehariannya dan akhirnya kamu bisa memahami apa saja kebutuhan dan keinginan mereka.

Kenali audience/target market kamu agar message yang ingin disampaikan bisa tertangkap dengan baik.



P.S: Artikel ini ditulis dari apa yang aku bawakan dalam webinar GetCraft: Content Writing Across Platforms.


Aku akan membahas berbagai SEO dalam content writing di artikel berikutnya. Jadi tungguin artikel berikutnya dan jangan lupa subscribe blog ini.






Terima kasih ya sudah membaca!

Comments


Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Stephanie Mamonto
  • LinkedIn
  • Instagram
bottom of page